Kamis, 27 Maret 2014

Jenis-jenis Majas atau Gaya bahasa

Majas atau Gaya bahasa adalah
pemanfaatan kekayaan bahasa , pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan
perasaan, baik secara lisan maupun
tertulis

Jenis-jenis Majas

[1] Majas Perbandingan
Artikel utama untuk bagian ini adalah:

Majas perbandingan:

Alegori: Menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran.

Contoh: Perjalanan hidup manusia
seperti sungai yang mengalir menyusuri
tebing-tebing, yang kadang-kadang
sulit ditebak kedalamannya, yang rela menerima segala sampah, dan yang pada akhirnya berhenti ketika bertemu dengan laut.

Alusio : Pemakaian ungkapan yang tidak diselesaikan karena sudah dikenal.
Contoh: Sudah dua hari ia tidak terlihat batang hidungnya.

Simile : Pengungkapan dengan
perbandingan eksplisit yang dinyatakan
dengan kata depan dan penghubung,
seperti layaknya , bagaikan, " umpama",
"ibarat","bak", bagai".

Contoh: Kau umpama air aku bagai
minyaknya, bagaikan Qais dan Laila
yang dimabuk cinta berkorban apa saja.

Metafora: Gaya Bahasa yang
membandingkan suatu benda dengan
benda lain karena mempunyai sifat yang
sama atau hampir sama.

Contoh: Cuaca mendung karena sang raja siang enggan menampakkan diri.

Antropomorfisme : Metafora yang
menggunakan kata atau bentuk lain yang
berhubungan dengan manusia untuk hal
yang bukan manusia.

Sinestesia : Majas yang berupa suatu ungkapan rasa dari suatu indra yang dicurahkan lewat ungkapan rasa indra
lainnya.

Antonomasia : Penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri lain sebagai nama jenis.

Aptronim: Pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang.

Metonimia : Pengungkapan berupa
penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri khas, atau atribut.

Contoh: Karena sering menghisap
jarum , dia terserang penyakit paru-paru.(Rokok merek Djarum)

Hipokorisme : Penggunaan nama
timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan hubungan karib.

Litotes: Ungkapan berupa penurunan kualitas suatu fakta dengan tujuan merendahkan diri.

Contoh: Terimalah kado yang tidak
berharga ini sebagai tanda terima
kasihku

Hiperbola: Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan tersebut menjadi tidak masuk akal.

Contoh: Gedung-gedung perkantoran di kota-kota besar telah mencapai langit.

Personifikasi : Pengungkapan dengan menggunakan perilaku manusia yang diberikan kepada sesuatu yang bukan manusia.

Contoh: Hembusan angin di tepi pantai
membelai rambutku.

Depersonifikasi : Pengungkapan dengan tidak menjadikan benda benda mati atau tidak bernyawa.

Pars pro toto : Pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan keseluruhan
objek.

Contoh:Sejak kemarin dia tidak
kelihatan batang hidungnya.

Totum pro parte: Pengungkapan
keseluruhan objek padahal yang dimaksud
hanya sebagian.

Contoh: Indonesia bertanding voli
melawan Thailand.

Eufimisme : Pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar dengan kata-kata lain yang lebih pantas
atau dianggap halus.

Contoh: Dimana saya bisa menemukan kamar kecilnya?

Disfemisme: Pengungkapan pernyataan tabu atau yang dirasa kurang pantas sebagaimana adanya.

Fabel: Menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berpikir dan bertutur kata.

Contoh: Perilakunya seperti ular yang menggeliat.

Parabel: Ungkapan pelajaran atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam cerita.

Perifrasa: Ungkapan yang panjang
sebagai pengganti ungkapan yang lebih pendek.

Eponim: Menjadikan nama orang
sebagai tempat atau pranata.

Contoh: Kita bermain ke rumah Ina.

Simbolik : Melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang untuk menyatakan maksud.

Asosiasi: perbandingan terhadap dua hal yang berbeda, namun dinyatakan sama.

Contoh: Masalahnya rumit, susah
mencari jalan keluarnya seperti benang kusut.

[2] Majas Sindiran

Artikel utama untuk bagian ini adalah:

Majas sindiran:

Ironi: Sindiran dengan menyembunyikan
fakta yang sebenarnya dan mengatakan
kebalikan dari fakta tersebut.

Contoh: Suaramu merdu seperti kaset kusut.

Sarkasme: Sindiran langsung dan kasar.

Sinisme: Ungkapan yang bersifat
mencemooh pikiran atau ide bahwa kebaikan terdapat pada manusia (lebih kasar dari ironi).

Contoh: Kamu kan sudah pintar ?
Mengapa harus bertanya kepadaku ?

Satire: Ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi, untuk mengecam atau menertawakan gagasan kebiasaan, dll.

Innuendo: Sindiran yang bersifat
mengecilkan fakta sesungguhnya.

[3] Majas Penegasan

Artikel utama untuk bagian ini adalah:

Majas penegasan

Apofasis: Penegasan dengan cara
seolah-olah menyangkal yang ditegaskan.

Pleonasme : Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan.

Contoh: Saya naik tangga ke atas.
Repetisi: Perulangan kata, frasa, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat.

Pararima: Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang berlainan.

Aliterasi : Repetisi konsonan pada awal kata secara berurutan.

Paralelisme: Pengungkapan dengan menggunakan kata, frasa, atau klausa yang sejajar.

Tautologi: Pengulangan kata dengan menggunakan sinonimnya.

Sigmatisme: Pengulangan bunyi "S " untuk efek tertentu.

Antanaklasis : Menggunakan perulangan kata yang sama, tetapi dengan makna yang berlainan.

Klimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana/ kurang penting meningkat kepada hal yang
kompleks/lebih penting.

Antiklimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang kompleks/ lebih penting menurun kepada hal yang
sederhana/kurang penting.

Inversi: Menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat sebelum subjeknya.

Retoris: Ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah terkandung di dalam pertanyaan tersebut.

Elipsis : Penghilangan satu atau
beberapa unsur kalimat, yang dalam susunan normal unsur tersebut seharusnya ada.

Koreksio: Ungkapan dengan
menyebutkan hal-hal yang dianggap keliru atau kurang tepat, kemudian disebutkan maksud yang sesungguhnya.

Polisindenton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana, dihubungkan dengan kata penghubung.

Asindeton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana tanpa kata penghubung.

Interupsi: Ungkapan berupa penyisipan keterangan tambahan di antara unsur-unsur kalimat.

Eksklamasio: Ungkapan dengan
menggunakan kata-kata seru.

Enumerasio: Ungkapan penegasan
berupa penguraian bagian demi bagian suatu keseluruhan.

Preterito: Ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan maksud yang sebenarnya.

Alonim: Penggunaan varian dari nama untuk menegaskan.

Kolokasi: Asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang berdampingan dalam kalimat.

Silepsis: Penggunaan satu kata yang mempunyai lebih dari satu makna dan yang berfungsi dalam lebih dari satu konstruksi sintaksis.

Zeugma: Silepsi dengan menggunakan kata yang tidak logis dan tidak gramatis
untuk konstruksi sintaksis yang kedua, sehingga menjadi kalimat yang rancu.

[4] Majas Pertentangan

Artikel utama untuk bagian ini adalah:

Majas pertentangan

Paradoks: Pengungkapan dengan
menyatakan dua hal yang seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya keduanya benar.

Oksimoron : Paradoks dalam satu frasa.

Antitesis : Pengungkapan dengan
menggunakan kata-kata yang berlawanan arti satu dengan yang lainnya.

Kontradiksi interminus : Pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah disebutkan
pada bagian sebelumnya.

Anakronisme: Ungkapan yang
mengandung ketidaksesuaian dengan antara peristiwa dengan waktunya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar